Minggu, 22 April 2012

MATISYAHU

Jamaika
merupakan tanah
kelahiran musik
reggae. Dari Kota
Kingston, Bob
Marley
membesarkan
musik yang
memiliki ciri
permainan ritem
... gitar yang khas
ini. Hingga kini
lagu-lagu Bob
Marley masih setia
dimainkan para
pemujanya,
termasuk di
Indonesia. Dalam
evolusi musik
reggae hadir
Matisyahu, sosok
unik lewat gaya
reggae Yahudi nya
memberikan
warna berbeda.
Gaya reggae tak
harus dreadlock
(rambut gimbal),
berbendera
merah-hijau-
kuning kas rasta,
atau dekat dengan
mariyuana.
Matisyahu
memuja reggae
lewat cara lain. Ia
meramu musik
reggae kas
Jamaika berpadu
rap tradisional
dan berlirik khas
spirit Yahudi. Ada
juga yang
menyebutkan
sebuah perpaduan
janggal musik
reggae bertemu
gaya Yahudi.
Dari benang
sejarah purba
keturunan orang
Afrika di Jamaika
memiliki hubungan
dengan kaum
Yahudi. Keyakinan
sejarah ini oleh
kaum Rasta diakui
kedekatannya.,
yakni adanya
kesamaan dan
asal usul nenek
moyang kaum
kulit hitam di
Afrika adalah
keturunan Yahudi
yang dibawa dari
garis keturunan
Ratu Syeba dari
Ethiopia.
Walaupun terputus
dari sisa Yudaisme,
konon orang-
orang Yahudi
hitam Beta Israel
telah hidup di
Ethiopia selama
berabad-abad.
Barangkali dari
tafsir historis tadi
bisa sedikit
menampik
kejanggalan
antara hubungan
Reggae yang
didominasi orang
keturunan Afrika
dengan
kemunculan
reggae hasil
ramuan
Matisyahu.
Gaya berpakaian
dan kelebatan
jenggotnya
menarik
perhatian. Saat di
panggung atau
muncul di televisi
pertama kali
orang-orang akan
heran bahkan
mungkin mengira
ia seorang
komedian atau
tukang sulap. Ia
bertopi hitam
dengan yarmulke
(kupluk kecil) di
bawahnya
berpadu setelan
jas hitam dan
kemeja putih
lengan panjang.
Sebuah gaya khas
Yahudi Orthodok.
Pada pembukaan
Festival Musik
Bonnaroo 2006 ia
berhasil
mempertunjukan
dirinya secara
langsung di depan
80.000 orang.
Di Indonesia
Matisyahu tak
begitu dikenal.
Artis reggae
Yahudi ini sedang
populer di belah
bumi lain.
Pertama kali
Matisyahu muncul
di televisi CNN
pada 2003 dalam
acara the Music
Room yang
dipandu presenter
Shanon Cook.
Matisyahu dikenal
sebagai pendatang
baru di dunia
musik yang
memiliki keahlian
sebagai MC
(rapper),
beatboxer, hip
hop, dan totalitas
menari reggae di
New York.
Dalam setiap
wawancara
televisi Matisyahu
mengaku sebagai
sosok yang
religius. Latar
belakang sebagai
penganut Yahudi
yang taat
merupakan
landasan spiritnya
mengolah lirik dan
musik reggaenya.
Saat AP
(Associated Press)
menanyakan soal,
"music is the kids'
religion,"pada
Matisyahu, ia
menjawab "Dari
perspektif Yahudi,
musik dipakai
dalam kuil. Kuil
adalah tempat
pemujaan pada
Tuhan yang benar-
benar ada... Dalam
setiap agama dan
kultur, musik telah
digunakan untuk
tujuan membuka
orang-orang
menuju rasa
spiritual, untuk
merasakan
sesuatu yang
transenden di
dunia ini. "
Di sebuah website
populer Yahudi,
chabad.org,
Matisyahu
mengatakan
semua musik nya
dipengaruhi dan
terinspirasi oleh
ajaran dan
semangat Hasidis.
Ia menginginkan
musik yang
bermakna dan
dapat menyentuh
orang serta
membuat mereka
berpikir.
Hasidisme
mengajarkan
bahwa musik
adalah kuil dari
jiwa. Sekadar
catatan tradisi
Hasidisme
terfokus pada lagu
ekstase dan
tarian-tarian yang
terhubung dengan
Tuhan dan
kesucian.
Setelah debut
album pertamanya
pada 2004 dalam
album Shake Off
the Dust Arise karir
Matisyahu
merangkak naik.
Pada 2006 awal, ia
kembali merilis
album Youth. Di
minggu pertama
album Youth
terjual 118.000
kopi. Sepenuhnya
banyak lagunya
berbahasa Inggris,
hanya beberapa di
bubuhi kata-kata
Hebrew dan
Yahudi. Lagu King
Without A Crown
dan Jerusalem
mengantarkan
kepopulerannya di
balantika musik
reggae.
Berlatar aliran
Root Tonic yang
unik berpadu rap
tradisional, dan
suara gitar solo
berciri rock,
Matisyahu sering
tampil dengan
gaya minimalis:
dengan pendukung
tiga personil band.
Kadang ia
menggandeng
Kenny Muhammad,
seorang musisi
Muslim untuk
tampil bersama.
Matisyahu lahir 30
Juni 1979 di Barat
Chester,
Pennsylvania.
Bersama
keluarganya, ia
pernah pindah ke
Berkeley dan
akhinya menetap
di White Plains,
New York.
Matisyahu
memiliki nama asli
Matthew Miller
tumbuh di New
York. Ia tak
merasakan sebuah
kasih sayang
sesungguh untuk
meyakini sebagai
Yahudi, hingga ia
jatuh hati pada
musik reggae di
umur 14 tahun.
Sebuah perubahan
besar terjadi di
usia 19 saat ia
berkunjung ke
Israel. Lalu ia
mencurahkan
hidupnya sebagai
Hasidik Judaisme
dan mengadopsi
nama Hebrew
menjadi
Matisyahu. Nama
Matisyahu ini
memiliki arti
"pemberian
Tuhan". Ia
terpengaruh kuat
dari seorang rabi
Chabad semasa
kuliah dan menjadi
anggota
Komunitas Chabad
Lubavitch di
Crown Heights,
Brooklyn, New
York. Sekadar
catatan komunitas
Lubavitch yang
terwakili Rabi
Lubavitcher Rebbe
bersama para rabi
progresif seperti
Rabbi Elchonon
Wasserman, dan
Reb Sholem Dov
Ber Schneerson
selalu tidak
sepakat dengan
kebijakan
Pemerintah Israel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar